Malang memiliki jargon bagi orang pribuminya sendiri sebagai Kota Bunga, Kota Pendidikan, Kota Pelajar, Kota Wisata, Paris Van East Java, Bumi Arema. 5 tahun sudah ku menetap di kota ini kota yang menjadi wadah menopang tubuhku yang sehat sampai detik ini. Bagi kami mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) atau RAKAT (salam rakat) Malang dijuluki sebagai kota dingin, wajar saja...karena awal pertama kali menginjakan kaki di kota ini dinginnya membuat gigi jadi mengeram dan bernafas seperti orang nafsu atau kepedisan. Mungkin banyak orang yang kangen atau menjadikan momen dinginnya kota Malang di mana kaum muda berkesempatan melindungi ceweknya yang kedinginan sambil bermesraan.
Malang,,, saya berterima kasih karena sebagian hidup sudah ku raih dan saya merasa hidup di kota ini. saya ingin bercerita banyak dan menulis kata-kata untukmu, saya menemukan inspirasi sebelum fajar sekitar pukul 04.00 atau 05.00 sambil menikmati segelas kopi. Tapi di jam-jam seperti itu saya disibukkan dengan usaha yang saya jalani saat ini, di saat orang lain masih terlelap dan terbaring menikmati tidurnya, saya sudah bergegas untuk berangkat kerja dan memaksa otot dan otak kembali hidup untuk menjalani hari.
Sebelum matahari terbit, setiap pagi kami selalu menjemputnya dengan melakukan aktivitas berkendara dan berkeliaran di jalan Tlogo Indah, Tlogo Agung, Tlogomas, Tlogo Suryo, Sengkaling, Landung Sari, Jalan Jetis, Jalan Raya Dermo dan Merjosari Lowokwaru Malang, dimana nama-nama jalan itu menjadi arena berkendara. Saya selalu melihat dia berkendara mengantar barang ke tiap customernya terkait pekerjaan yang dia tekuni, dan begitupun saya sama seperti dia hanya berbeda usia dan semangat atau cara bersyukur kami yang berbeda.
Dia adalah si nenek (perempuan) yang usianya 60-an tahun bekerja menggunakan motor buntut warna kekusaman seperti tak terurus, berkulit keriput, pakaian kusam, obrok barang yang berwarna pudar' itulah ciri-ciri si nenek. Nenek berkendara tanpa menggunakan helm, mungkin jika pandangan tertuju pada si nenek rasa iba dan prihatin akan timbul. Setiap hari setiap pagi selalu ketemu atau pandanganku tertuju pada si nenek, dia pekerja keras tanpa mengeluh lelah. Di lingkungan tempat saya tinggal daerah Dinoyo sampai kecamatan Dau belum melihat orang seperti nenek tersebut yang walaupun yang lainnya masih ada pekerja keras tapi belum kelihatan oleh mata ini. Hati kecilku se-akan berbisik,,,Roda tua atau nenek itu memberi kode keras agar kaum muda tidak kalah dengan yang tua, ya, saya termotivasi dari dia juga. Dia yang sebenarnya tidak layak lagi bekerja untuk kebutuhan hidup sehari-hari tapi dia tekun menjemput rejeki dalam bekerja, dia tidak mengharapkan atau tidak mau hidup santai di rumah. Saya sangat bersyukur yang walaupun pendapatan dari hasil usahaku tidak sebesar seperti orang pebisnis lain. saya sangat menikmati dan syukuri karena tidak semua anak muda diluar sana sudah mendapatkan pekerjaan atau memiliki penghasilan sendiri karena prinsip saya adalah melatih mental karyawan ''lebih baik capek kerja dari pada capek cari kerja'' dan sekecil apapun yang kamu lakukan kamu adalah gurunya.
Nenek tua dan roda tua menjadi pedoman hidup seorang nenek dan roda tua menopang tubuh si nenek yang mengantarkannya sampai tujuan demi berperang dan melawan rasa malas, tubuh nenek menjadi kebal terhadap paparan sinar matahari, polusi, debu dan keringat yang mengucur tubuh. Sesuai pribadi seorang nenek yang tidak patah semangat dalam bekerja karena arus kehidupan berputar seperti roda kendaraan yang terus melaju ke depan demi masa depan yang lebih baik. I hope to God,always be given health and long life for grandma.
Komentar
Posting Komentar
Jadilah komentator yang baik agar kita saling membangun untuk berbagi pengetahuan.